Anjing tidak hanya dikenal sebagai hewan peliharaan paling setia. Penelitian terbaru menunjukkan hewan dengan penciuman tajam ini juga mampu merespons sisi emosional majikannya, seperti saat majikannya sedih. Namun masih belum jelas benar apakah anjing memiliki rasa empati terhadap rasa sakit yang diderita manusia.
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan 30 Mei 2012 di jurnal Animal Cognition, para peneliti dari University of London, Inggris, menemukan anjing lebih mungkin mendekati orang menangis daripada seseorang yang bersenandung atau berbicara. Anjing biasanya merespons dengan menunjukkan perilaku lebih patuh kepada orang yang menangis.
Psikolog sekaligus peneliti Deborah Custance mengatakan bersenandung adalah aktivitas manusia yang relatif baru dikenali oleh anjing, sehingga sering memicu rasa ingin tahu mereka.
"Tapi fakta anjing-anjing mampu membedakan antara menangis dan bersenandung menunjukkan bahwa tanggapan mereka terhadap menangis tidak murni didorong oleh rasa ingin tahu," kata Custance.
Sebaliknya, kata Custance, manusia yang menangis memancing rasa emosional lebih tinggi bagi anjing dan memicu mereka merespons lebih kuat dibanding sewaktu melihat manusia bersenandung atau berbicara.
Dalam penelitiannya, Custance bersama koleganya, Jennifer Mayer, melakukan sejumlah percobaan sederhana. Mereka menggunakan 18 anjing peliharaan berikut pemiliknya untuk menguji apakah anjing akan merespons tangisan dengan perilaku empatik. Anjing-anjing yang digunakan berasal dari berbagai jenis, mulai dari mutts, Labrador retriever, golden retriever, dan jenis lainnya.
Percobaan berlangsung di ruang keluarga setiap pemilik anjing. Mayer terlibat langsung dalam penelitian. Ia mendatangi setiap rumah pemilik anjing dan mengabaikan keberadaan anjing, sehingga tidak terlalu menarik perhatian. Mayer lalu ngobrol dengan pemilik anjing, pura-pura saling menangis dan bersenandung.
Dari 18 anjing dalam penelitian ini, 15 di antaranya mendekati pemiliknya atau Mayer selama keduanya berpura-pura saling menangis. Sementara hanya enam anjing mendekati keduanya sewaktu bersenandung. Temuan ini menunjukkan anjing mendekat berdasarkan konten emosional, bukan rasa ingin tahu. Selain itu, anjing selalu mendekati orang yang menangis, tidak pernah mendekati orang yang tenang.
Dari 15 anjing yang mendekati pemilik atau orang asing menangis, 13 di antaranya melakukannya dengan bahasa tubuh patuh, seperti ekor terselip dan kepala tertunduk. Namun, tetap saja para peneliti tidak dapat memperkirakan apa yang ada di benak anjing-anjing tersebut. Custance dan Mayer menduga ada kemungkinan anjing mempelajari perilaku "peduli" ini karena pemiliknya memberi mereka kasih sayang sejak awal dipelihara.
"Anjing-anjing mendekati siapa pun yang menangis terlepas dari identitas orang itu. Anjing-anjing terbukti menanggapi emosi seseorang, bukan kebutuhan mereka sendiri yang seakan menandakan rasa empatik kepada seseorang," kata Mayer.
Manusia telah menjadikan anjing sebagai hewan peliharaan sejak 15 ribu tahun lalu. Sejak itu banyak kisah tentang kesetiaan anjing menemani majikannya melewati masa sulit. Dari berbagai penelitian diketahui anjing adalah jenis hewan yang ahli berkomunikasi dengan manusia. Namun para ilmuwan belum mampu menunjukkan secara meyakinkan bahwa anjing bisa merasakan empati atau benar-benar memahami penderitaan manusia.
"Kami tidak dapat mengklaim penelitian ini memberikan jawaban pasti atas pertanyaan tentang empati pada anjing," kata Mayer dan Custance. Namun, kata mereka, percobaan ini membuka pintu bagi penelitian lain tentang kehidupan emosional anjing. Misalnya, apakah jenis anjing yang berbeda akan merespons emosi pemiliknya secara berbeda, atau apakah anjing memahami perbedaan antara tawa dan air mata.link
Dalam sebuah penelitian yang diterbitkan 30 Mei 2012 di jurnal Animal Cognition, para peneliti dari University of London, Inggris, menemukan anjing lebih mungkin mendekati orang menangis daripada seseorang yang bersenandung atau berbicara. Anjing biasanya merespons dengan menunjukkan perilaku lebih patuh kepada orang yang menangis.
Psikolog sekaligus peneliti Deborah Custance mengatakan bersenandung adalah aktivitas manusia yang relatif baru dikenali oleh anjing, sehingga sering memicu rasa ingin tahu mereka.
"Tapi fakta anjing-anjing mampu membedakan antara menangis dan bersenandung menunjukkan bahwa tanggapan mereka terhadap menangis tidak murni didorong oleh rasa ingin tahu," kata Custance.
Sebaliknya, kata Custance, manusia yang menangis memancing rasa emosional lebih tinggi bagi anjing dan memicu mereka merespons lebih kuat dibanding sewaktu melihat manusia bersenandung atau berbicara.
Dalam penelitiannya, Custance bersama koleganya, Jennifer Mayer, melakukan sejumlah percobaan sederhana. Mereka menggunakan 18 anjing peliharaan berikut pemiliknya untuk menguji apakah anjing akan merespons tangisan dengan perilaku empatik. Anjing-anjing yang digunakan berasal dari berbagai jenis, mulai dari mutts, Labrador retriever, golden retriever, dan jenis lainnya.
Percobaan berlangsung di ruang keluarga setiap pemilik anjing. Mayer terlibat langsung dalam penelitian. Ia mendatangi setiap rumah pemilik anjing dan mengabaikan keberadaan anjing, sehingga tidak terlalu menarik perhatian. Mayer lalu ngobrol dengan pemilik anjing, pura-pura saling menangis dan bersenandung.
Dari 18 anjing dalam penelitian ini, 15 di antaranya mendekati pemiliknya atau Mayer selama keduanya berpura-pura saling menangis. Sementara hanya enam anjing mendekati keduanya sewaktu bersenandung. Temuan ini menunjukkan anjing mendekat berdasarkan konten emosional, bukan rasa ingin tahu. Selain itu, anjing selalu mendekati orang yang menangis, tidak pernah mendekati orang yang tenang.
Dari 15 anjing yang mendekati pemilik atau orang asing menangis, 13 di antaranya melakukannya dengan bahasa tubuh patuh, seperti ekor terselip dan kepala tertunduk. Namun, tetap saja para peneliti tidak dapat memperkirakan apa yang ada di benak anjing-anjing tersebut. Custance dan Mayer menduga ada kemungkinan anjing mempelajari perilaku "peduli" ini karena pemiliknya memberi mereka kasih sayang sejak awal dipelihara.
"Anjing-anjing mendekati siapa pun yang menangis terlepas dari identitas orang itu. Anjing-anjing terbukti menanggapi emosi seseorang, bukan kebutuhan mereka sendiri yang seakan menandakan rasa empatik kepada seseorang," kata Mayer.
Manusia telah menjadikan anjing sebagai hewan peliharaan sejak 15 ribu tahun lalu. Sejak itu banyak kisah tentang kesetiaan anjing menemani majikannya melewati masa sulit. Dari berbagai penelitian diketahui anjing adalah jenis hewan yang ahli berkomunikasi dengan manusia. Namun para ilmuwan belum mampu menunjukkan secara meyakinkan bahwa anjing bisa merasakan empati atau benar-benar memahami penderitaan manusia.
"Kami tidak dapat mengklaim penelitian ini memberikan jawaban pasti atas pertanyaan tentang empati pada anjing," kata Mayer dan Custance. Namun, kata mereka, percobaan ini membuka pintu bagi penelitian lain tentang kehidupan emosional anjing. Misalnya, apakah jenis anjing yang berbeda akan merespons emosi pemiliknya secara berbeda, atau apakah anjing memahami perbedaan antara tawa dan air mata.link
Tidak ada komentar:
Posting Komentar